semoga blog ini dapat menjadi media inspirasi informasi berguna dan sebagai obat kegelisahan..

Rame-rame tentang Hijau Hitam

Pernah ada seloroh, siapa yang benar-benar berkuasa di Indonesia (sitkhus : situasi khusus orde bau)? yaitu empat hijau : hijau loreng (tentara), hijau islam, hijau Marshal Green (Duta Besar Amarika di Indonesia pada 1965), dan hijau para mahasiswa baru yang disebut greenhorn di Amerika Serikat.
--------
Anak - anak muda hijau Islam tampaknya identik dengan HMI (hijau hitam), yang waktu itu tergabung dalam aksi KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) untuk merongrong kekuasaan Soekarno dan menuntut pembubaran PKI. Memang, sebelumnya HMI hampir dibubarkan oleh pemerintah Orla, karena tekanan kuat mahasiswa kiri (CGMI dan afiliasinya), namun gagal, dukungan AD (Angkatan Darat) ada dibelakang si hijau hitam, AD menginginkan kolega dari kalangan sipil untuk menolak kuminisme di Indonesia dan mempertahankan pancasilah. Dan lebih-lebih lagi, di belakang AD ada America-rica, yang bencinya pada Kuminisme sudah sampai di ubun-ubun. America diduga banyak memberi sokongan nasi bungkus (dana) kepada aksi demonstrasi mahasiswa.
AD menginginkan ada kelompok masyarakat yang memberi tekanan massa (show of force) melalui aksi-aksi massa di jalanan untuk menunjukkan kuatnya dukungan sipil terhadap tindak pemimpin (Soeharto), sebagai strategi penunjang aksi diplomasi, infiltrasi politik dan militer, penggembosan dari dalam dengan mengikis pengaruh dan orang-orang Bung Karno di pemerintahan. Aksi massa ini berhasil menimbulkan efek psikologis dan menjustifikasi ketidakberesan rezim Bung Karno, yang dalam hal ini, tentang kebekuan demokrasi terpimpin, dengan alasan kemandekan ekonomi, inflasi melunjak, dan dugaan upaya kudeta PKI (yang tak pernah terbukti secara legal hukum dan perasaan keadilan), saat itu Bung Karno tetap tidak mau membubarkan PKI, meski telah dibujuk berulang kali oleh Soeharto dan kawan-kawan militernya.
Alhasil, Soeharto berhasil merebut kepemimpinan dengan kudeta merangkaknya, dengan mengibuli Bung Karno dengan SUPERSEMAR dan sekali mendayung tiga pulau terlampaui, Supersemar juga digunakan sebagai dalih membubarkan PKI. Mahasiswa bersorak gembira. Mahasiswa berkumpul di kostrad untuk memberi selamat kepada Soeharto.
Jadi, hijau hitam punya sejarah awal yang menyenangkan tentang perebutan kekuasaan. Dan keberhasilan itu membuat organisasi ini di atas angin, tanpa ada penyaing lagi (CGMI dan GMNI ambruk), tokoh-tokoh mahasiswa hijau hitam pun akhirnya dengan mudah berselancar dalam dunia politik, melalui kendaraan partai Golkar.
Meski begitu, dalam perkembangannya kader-kader HMI juga yang banyak menentang kebijakan orde bau, dan membuat intel uring-uringan mencari mereka. Aksi-aksi besar, termasuk aksi menentang Soeharto pada tahun-tahun dekadensinya juga banyak dilakoni kader hijau hitam. Ini juga yang menyebabkan sebagian kader tetap semangat ber-HMI karena ada semangat perlawanan di dalamnya (dalam HMI juga banyak tipikal senior, ada senior politikus, ada senior cendekiawan, ada senior agamawan, dan ada senior baraccung). Bahkan, pada tahun-tahun belakangan, hijau hitam berperan sebagai penangkal terhadap pemikiran-pemikiran islam radikal dan ekstrim (jumud). Dimana masih banyak kader hijau hitam yang berfikir, Sami'na wa analisis. Setiap tindakan dan pernyataan harus dianalisa terlebih dahulu. Sehingga, teman-teman HMI enak tetap asyik diajak ngobrol karena pikirannya yang terbuka dan progresif.
Situasi saat ini jangan melihat HMI dengan kacamata kuda. HMI punya sejarah berliku dalam bergerak dalam setiap zaman. Tapi, mungkin saja hijau hitam kesulitan menentukan arah dan posisi, dimana penentu kebijakan saat ini banyak yang bukan kader-kader HMI. Meski masih terdapat kader pentolan HMI di pemerintahan, salah duanya adalah Pak JK dan Pak Anis.
------
Mendengar kisah anak HMI ngambek karena nasi bungkus di Kongres HMI Riau, saya tiba-tiba berfikir, apakah hijau islam masih berkuasa? dan tiba-tiba mengingat istilah yang belum terasa lama.
"Oenak jamanku tokh" grin emotikon.
Sumber pemikiran :
1. Jhon Roosa, "Dalih Pembunuhan Massal".
2. Jusuf Wanandy, "Menyibak Tabir Orde Baru, memoar politik Indonesia, 1965 - 1998".




0 komentar:

Rame-rame tentang Hijau Hitam